Ambil contoh :
Yesus menyembuhkan seorang yang sakit kusta (Mat 8:1-4 ; Mrk 1:40-45 ; Luk 5:12-16)
Orang kusta ini, begitu ia melihat Yesus, dia sujud dan menyembah Yesus (worship) (kneeling, fell on his face) dan memohon supaya Yesus mau menyembuhkan dia. Dia berkata : "Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku."
Menurut tradisi orang Yahudi pada saat itu, orang kusta di anggap najis. Kusta atau lepra ialah penyakit yang bisa menular dan dapat mengakibatkan kematian. Mereka tidak boleh tinggal di kota, harus tinggal di luar tembok kota dan mendapat makanan hanya kalau ada orang2 yang memberi mereka makan (biasanya dari keluarga). Itupun dengan cara yang kurang layak yaitu makanan tersebut di tinggalkan di suatu tempat tertentu agar di ambil oleh orang kusta tersebut. Atau di lemparkan begitu saja ke arah orang2 kusta itu.
Karena kenajisannya, apabila ada orang kusta yang lewat di antara orang2 "sehat" dia harus berseru "Najis, Najis " supaya orang lain dapat segera menyingkir. Apabila dia tidak berteriak-teriak seperti itu saat berjalan di antara orang banyak, dia dipastikan bersalah dan di hukum rajam hingga mati.
Dari peristiwa ini, orang kusta ini tahu bahwa seharusnya dia tidak dapat dan tidak boleh mendekat kepada siapapun juga karena dia dianggap najis dan bila dia melanggar dia mendapat hukuman rajam. Sehubungan denga peristiwa ini, waktu itu Yesus berada di satu kota yang berarti saat itu banyak orang lalu lalang ataupun orang2 yang memang mengikut Yesus.
Tetapi, dia berani ambil resiko untuk datang mendekat kepada Yesus, sujud, menyembah dan memohon, itupun dengan catatan : jika Tuan mau (dia tidak memaksa Tuhan Yesus supaya mau menyembuhkan dia)
Dia sudah mengambil resiko terbesar yaitu kematian :
- sebelum dia sampai kepada Yesus, saya percaya dia butuh keteguhan hati dan kekuatan yang luar biasa untuk dapat masuk ke kota dan berada di antara orang2 yang menganggapnya najis
- setelah dia sampai kepada Yesus pun, dari dirinya sendiri pun dia pasti merasa sangat merasa tidak layak (tekanan dari dalam dirinya sendiri) karena itu dia tidak memaksa Yesus untuk menyembuhkan dia.
- andaikan Tuhan Yesus tidak mau menyembuhkan dia dan dia tetap sakit kusta, dia pasti akan dirajam juga karena banyak orang di lokasi tersebut (menurut saya) yang menyaksikan peristiwa itu.
God is LOVE. It is not "God has Love" but GOD IS LOVE
Karena pada hakekatnya Dia adalah kasih, dalam kondisi apapun dan situasi apapun, Dia tidak dapat menyangkal DiriNya sendiri untuk tidak dapat tidak mengasihi kita (orang kusta ini) bahkan dalam kondisinya yang bagi orang lain di anggap najis.
Di katakan, maka tergeraklah hatiNya oleh belas kasihan (moved with compassion) dan dijamahNya orang kusta itu sambil berkata, " Aku mau, jadilah engkau tahir."
Pelajaran yang dapat saya petik dari orang kusta ini :
- begitu dia melihat Yesus, dia menyembah, sujud dengan mukanya sampai ke tanah dan tidak berani memandang Yesus karena dia benar2 merasa tidak layak karena dia tahu dia najis.
- dia meminta tapi tetap menyerahkan keputusan terakhirnya pada Tuhan (Thy will be done) dengan berkata : " jika Tuan mau"
Dia memang ingin sembuh, ingin bersih dari penyakitnya tapi dia sangat rendah hati dan tidak memaksakan hasilnya pada Tuhan
Ingat, Tuhan menentang orang yang congkak, tetapi mengasihani orang yang rendah hati (1 Pet 5:5)
Amsal 3:34 .... tetapi orang yang rendah hati di kasihani Nya.
Dan saya percaya, bahkan dalam posisi yang sama sekali 0 bahkan minus karena ada resiko terbesar yaitu kematian, imannya sudah menyelamatkan dia. Iman yang hanya sebesar biji sesawi saja, meluputkan dia dari kematian dan bahkan menyembuhkan dan membersihkan dia dari kenajisan. Karena apa? karena sejak pertama dia sudah tahu, siapa yang dia sembah, kepada siapa dia minta tolong. Yaitu kepada TUHAN yang adalah KASIH
0 comments:
Post a Comment